Bagaimana Awan Terbentuk? Ternyata Begini Prosesnya!

Awan merupakan massa yang bisa dilihat dari tetesan air atau kristal beku, tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain.

Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh adanya gravitasi, seperti halnya massa materi di ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, yang merupakan suatu cabang dari meteorologi.

Di bumi, substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan adanya bantuan dari partikel higroskopis udara seperti halnya debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk di ketinggian rendah dan kristal es di ketinggian tinggi jika udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

Ilustrasi Terbentuknya Awan

Bagaimana Awan Terbentuk

Cobalah kalian perhatikan apa yang terjadi saat air di dalam panci yang tertutup, dipanaskan di atas kompor. Jawabannya, air akan mendidih. Lalu, cobalah untuk buka tutup panci dan amati apa yang terjadi.

Nah, ada titik-titik air yang terbentuk di tutup panci tersebut. Mengapa bisa terbentuk titik-titik air di sana? Ya, karena saat air tersebut dipanaskan, maka air ini akan berubah fase menjadi uap atau gas yang melalui proses yang dikenal dengan penguapan.

Proses menguapnya air ini sudah memindahkan uap ke atas, menuju tutup panci. Saat uap sudah mencapai jenuh, maka ia akan berubah sebagai titik-titik air melalui proses yang kita kenal dengan pengembunan.

Nah, titik-titik air yang menempel di tutup panci saat air mendidih ini mirip dengan awan. Awan merupakan kumpulan titik-titik air yang melayang-layang di atmosfer dalam jumlah yang begitu banyak.

Sama seperti api yang memanaskan air, matahari juga bisa memanaskan permukaan bumi kita yang sebagian besar terdiri atas lautan atau air.

Lalu, Bagaimana Awan Terbentuk?

Pemanasan matahari bisa menimbulkan penguapan yang bisa mengubah air menjadi gas, yang selanjutnya gas dari permukaan ini akan terdorong ke atas melalui udara (atmosfer) dengan proses perpindahan yang disebut dengan konveksi.

Partikel-partikel gas tersebut nantinya akan terus menuju ke atas dan pada akhirnya akan berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak dengan berkelompok, mirip seperti gerombolan kapas raksasa.

Di dalam awan, tak hanya terdiri dari gas (uap) saja, melainkan bercampur dengan cair (air), es (batu) dan kristal (salju). Antara partikel (uap, air, es) itu saling bertumpukan satu sama lain, ada kalanya saling memisahkan diri atau pecah berkeping-keping.

Karena ada begitu banyak proses yang terjadi di dalam awan dan apabila energi (panas) dari bawah masih terus ada, maka awan ini bisa terus tumbuh secara vertikal, seperti halnya tumbuh pohon yang menjulang tinggi ke atas.

Lalu, Kenapa Awan Bisa Membuat Hujan?

Selain bisa tumbuh terus ke atas, awan juga bisa bergerak bebas ke sana dan ke mari oleh adanya tiupan angin yang membawanya pergi.

Apabila di dalam awan tersebut sudah memiliki begitu banyak partikel air yang terkandung dan butirannya sudah besar, maka mereka akan jatuh ke bawah sebagai hujan.

Awan Menyebarkan Energi Panas secara Merata

Awan

Awan itu ibaratkan mesin hidrologi yang berguna dalam menyebarkan energi panas di atmosfer dengan merata. Lewat adanya awan, wilayah di bumi yuang mengalami kelebihan energi panas akan disebar ke wilayah yang kekurangan energi panas.

Nah, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kelebihan anergi panas tersebut, sehingga Indonesia menjadi wilayah di bumi yang paling aktif dalam menyebarkan panas karena kita juga sangat aktif dalam menghasilkan awan.

Selain berguna untuk menyebarkan energi panas, awan juga ternyata sangat berguna dalam menjaga suhu di atmosfer agar tetap bisa hangat dan nyaman.

Bentuk-bentuk Awan

Bentuk awan bermacam-macam, tergantung dari keadaan cuaca dan ketinggiannya. Akan tetapi, bentuk utamanya ada 3 jenis, yakni :
  • Berlapis-lapis (stratus)
  • Berserat-serat (cirrus)
  • Bergumpal-gumpal (cumulus)

Di daerah rendah alias kurang dari 3000 meter, awan stratus menutupi puncak gunung yang tak terlalu tinggi. Di daerah rendah tengah, awan strato-kumulus dan yang dekat ketinggian 3000 meter awan berbentuk kumulus.

Awan besar dan tebal di daerah rendah itu disebut dengan nama kumulonimbus yang memiliki potensi sebagai hujan dan menyebabkan terjadinya guruh dan petir.

Proses Terjadinya Awan

  1. Naiknya massa uap air, sebelum terjadi awan harus ada syarat dan kondisi seperti naiknya massa udara yang menguap dari permukaan bumi menuju atmosfer dan setelah itu mengalami pendinginan adiabatik di ketinggian tertentu.
  2. Munculnya awan menjadi salah satu indikator penting yang menunjukkan telah terjadi perubahan uap air menjadi titik-titik air.
  3. Untuk bisa menjadi hujan, dibutuhkan proses pendinginan, adanya inti kondensasi dan volume titik air di awan sudah berada di titik jenuh.
  4. Proses kondensasi berlangsung setelah kumpulan uap air di bumi naik di ketinggian tertentu dan mengalami proses perubahan bentuk uap air menjadi titik-titik air, suhu yang rendah di daerah yang tinggi mendukung terjadi kondensasi. Indikator yang mampu menunjukan sudah terjadi proses pengembunan adalah dengan terbentuknya awan.
  5. Jika sudah terdapat awan, maka uap air sudah sepenuhnya berubah menjadi titik-titik air.
  6. Terbentuknya titik-titik air di daerah tertentu di mana suhu udara sangat rendah, titik-titik air tersebut bisa berubah menjadi butiran es yang ringan sehingga masih bisa melayang mengikuti arah angin yang membawanya.
  7. Jadi, faktor yang menentukan hujan merupakan proses pengembunan dan pasokan uap air. Apabila volume uap air yang naik sangat besar dan proses kondensasi berlangsung dengan cepat, maka hujan bisa segera terjadi.

Kesimpulan

Panas dari matahari akan menyebabkan air di laut, sungai dan danau menguap. Uap air yang hangat itu akan bergerak naik ke atas dan saat uap tersebut naik, uap air mulai menjadi dingin.

Hasilnya, uap air tersebut mulai berkondensasi membentuk lagi butiran air. Kumpulan dari butiran air yang di langit itu yang kita kenal dengan awan.

Butiran-butiran air yang kian lama kian membesar pada akhirnya akan jatuh lagi ke bumi sebagai hujan. Kadangkala, suhu udara yang terlampau dingin bisa membuat butiran air itu membeku membentuk es dan jatuh lagi ke bumi sebagai salju.

0 komentar